Selasa, 11 Februari 2014

Distosia Bahu



1.  A. Pengertian Distosia Bahu

Distosia bahu adalah tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan. Selain itu distosia bahu juga dapat di defenisikan sebagai ketidakmampuan melahirkan bahu dengan mekanisme atau cara biasa. Distosia bahu secara sederhana adalah kesulitan persalinan pada saat melahirkan bahu (Varney, 2004). Pada presentasi kepala bahu anterior terjepit di atas simpisis pubis sehingga bahu tidak dapat melewati panggul kecil atau bidang sempit panggul. Bahu posterior tertahan di atas promontorium bagian atas. Distosia bahu terjadi jika bahu masuk ke dalam panggul kecil dengan diameter biakromial pada posisi anteroposterior dari panggul sebagai pengganti diameter oblik panggul yang mana diameter oblik sebesar 12,75 cm lebih panjang dari diameter anteroposterior (11 cm). Waktu untuk menolong distosia bahu kurang lebih 5-10 menit.


B. Faktor Resiko Terjadinya Distosia Bahu
a.    Maternal
• Kelainan anatomi panggul
Rongga panggul yang terlalu sempit untuk dilalui bahu janin memungkinkan terjadinya tekanan antara  bahu  janin dengan tulang panggul ibu. Akibatnya, bahu  janin tidak bisa dilahirkan secara normal.
  • Diabetes Gestational
Bayi yang dilahirkan oleh penderita diabetes biasanya sangat besar meskipun selama hamil kadar gula darah ibunya normal atau mendekati normal. Kelainan bawaan kemungkinan besar terjadi jika diabetes selama kehamilan 6-7 minggu tidak terkontrol dengan baik. Kehamilan yang terlalu lama bisa membahayakan janin dari penderita diabetes. Biasanya persalinan terjadi pada atau sebelum 40 minggu. Jika sampai 40 minggu belum juga lahir, dilakukan induksi dengan cara memecahkan ketuban dan memberikan oksitosin intravena atau dilakukan operasi sesar. Jika kehamilan terus dibiarkan sampai lebih dari 42 minggu, bayi bisa meninggal dalam kandungan.
• Kehamilan postmatur
Menurut Manuaba (1998), kehamilan lewat waktu merupakan kehamilan yang melebihi waktu 42 minggu dan belum terjadi persalinan. Pengaruh postmatur dapat menyebabkan distosia karena aksi uterus tidak terkoordinir, maka akan sering dijumpai patus lama, inersia uteri, dan perdarahan postpartum.
• Riwayat distosia bahu
• Tubuh ibu pendek 
b.    Fetal
• Dugaan macrosomia 
Makrosomia adalah bayi lahir yang beratnya lebih dari 4000gr. Bayi makrosomia yang dapat menyebabkan distosia jika beratnya melebihi 4500gr. Penyebab utama dari Makrosomia ialah ibu Diabetes, Keturunan (orang tua besar), dan Multiparitas. Bayi cukup bulan biasanya memiliki ukuran bahu yang lebih besar dari kepalanya, sehingga mempunyai resiko terjadinya Distocia bahu.

C. Mekanisme Distosia Bahu
Bahu melewati PAP dalam posisi diameter anteroposterior daripada posisi normal (oblique) menghasilkan :
• Secara umum sering bahu depan menjadi tertahan di PAP ketika bahu belakang melewati promotorium
• Konsekuensinya bisa terjadi kedua bahu menjadi tertahan di PAP


D. Jenis
Distosia Bahu
1. Distosia Bahu Anterior - Posterior Tinggi : Tampak kepala yang lahir terjepit vulva atau tertariknya kembali kepala kedalam vulva, hal ini mencerminkan bahu terfiksasi pada pintu masuk pelvis. tidak akan terjadi rotasi eksterna pada kepala.
2. Distosia Bahu Melintang Dalam : Bahu berakomodasi buruk terhadap oval panjang pelvis, sehingga bahu tidak mengalami rotasi interna yang diharapkan dan tidak akan terjadi pula rotasi eksterna pada kepala.

E. Etiologi (penyebab)
Distosia bahu terutama disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu untuk “melipat” ke dalam panggul (misal : pada makrosomia) disebabkan oleh persalinan kala II yang pendek pada multipara sehingga penurunan kepala yang terlalu cepat menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala telah melalui pintu tengah panggul setelah mengalami pemanjangan kala II sebelah bahu berhasil melipat masuk ke dalam panggul.
Distocia bahu juga dapat disebabkan kelainan tenaga, kelainan letak dan bentuk janin, serta kelainan jalan lahir. Distosia bahu dapat mengakibatkan terjadinya perlukaan pada pleksus brakialis bayi (kemungkinan karena penarikan kepala yang berlebihan).

F. Tanda dan Gejala
Tanda-tanda dan gejala-gejala Distosia bahu :
a. Kepala bayi lahir tapi tetap berada di vagina
b. Kepala bayi tidak melakukan putaran paksi luar
c. Kepala bayi sangkut di perineum, seperti masuk kembali ke dalam vagina (kepala kura-kura)

G. Diagnosa
Distosia bahu dapat dikenali apabila didapatkan adanya :
a. Kepala bayi sudah lahir, tetapi bahu tertahan dan tidak dapat dilahirkan.
b. Kepala bayi sudah lahir, tetapi tetap menekan vulva dengan kencang.
c. Dagu tertarik dan menekan perinium.
d. Tarikan pada kepala gagal melahirkan bahu yang terperangkap di belakang simfisis pubis.
- Gambaran Klinis dan Diagnosis Distosia Bahu :
• Biasanya ada perlambatan kemajuan turunnya kepala pada kala II yang ditandai dengan bidan kesulitan dalam melahirkan bahu
• Biasanya ada kelahiran kepala yang perlahan, dengan ekstensi kepala mengambil waktu lebih lama daripada biasanya
• Sekali kepala lahir, kepala masuk lagi ke vagina dan kepala terlihat tidak mampu bergerak
• Tidak terjadi restitusi dan putaran paksi luar
• Kepala bayi dipenuhi dengan darah, dan wajah menjadi bengkak dan biru tua.
Begitu Distocia bahu di kenali, maka prosedur tindakan untuk menolongnya harus segera di lakukan.

H. Upaya Pencegahan
Upaya yang bisa di lakukan ialah :
a. Tawarkan untuk dilakukan bedah cesar pada persalinan vaginal beresiko tinggi: janin luar biasa besar (> 5kg), janin sangat besar (>4,5kg) dengan ibu diabetes, janin besar(>4kg) dengan riwayat distocia bahu pada persalinan sebelumnya, kala II yang memanjang dengan janin besar
b. Indensifkasi dan obati diabetes pada ibu
c. Selalu bersiap-siap apabila terjadi distocia
d. Kenali adanya distocia seawall mungkin. Upaya mengejan, menekan suprapubis atau pundus dan traksi berpotensi meningkatkan resiko cedera pada janin
e. Perhatikanlah waktu dan segera minta perlolongan begitu distocia diketahuhi. Bantuan diperlukan untuk membuat posisi McRoberts pertolongan persalinan resusitasi bayi dan tindakan anastesia (bila perlu).

I.      Penatalaksanaan Distosia Bahu
Rekomendasi dari American College of Obstetricians and Gynecologist (2002) untuk penatalaksanaan pasien dengan riwayat distosia bahu pada persalinan yang lalu:
1. Perlu dilakukan evaluasi cermat terhadap perkiraan berat janin, usia kehamilan, intoleransi glukosa maternal dan tingkatan cedera janin pada kehamilan sebelumnya.
2. Keuntungan dan kerugian untuk dilakukannya tindakan SC harus dibahas secara baik dengan pasien dan keluarganya.
American College Of Obstetricians and Gynecologist (2002) : Penelitian yang dilakukan dengan metode evidence based menyimpulkan bahwa :
1.    Sebagian besar kasus distosia bahu tidak dapat diramalkan atau dicegah.
2.    Tindakan SC yang dilakukan pada semua pasien yang diduga mengandung janin makrosomia adalah sikap yang berlebihan, kecuali bila sudah diduga adanya kehamilan yang melebihi 5000 gram atau dugaan berat badan janin yang dikandung oleh penderita diabetes lebih dari 4500 gram.


 Penatalaksanaan distosia bahu (APN 2007)
a)    Mengenakan sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril.
b)    Melaksanakan episiotomi secukupnya dengan didahului dengan anastesi lokal.
c)    Mengatur posisi ibu Manuver Mc Robert.

(1)  Pada posisi ibu berbaring terlentang, minta ibu menarik lututnya sejauh mungkin kea rah dadanya dan diupayakan lurus. Minta suami/keluarga membantu.
(2)  Lakukan penekanan ke bawah dengan mantap diatas simpisis pubis untuk menggerakkan bahu anterior di atas simpisis pubis. Tidak diperbolehkan mendorong fundus uteri, beresiko menjadi ruptur uteri.
Bahu Macet (Dystocia Bahu) Komplikasi dan Penyulit Persalinan Kala II

d)    Ganti posisi ibu dengan posisi merangkak dan kepala berada di atas.
(1)  Tekan ke atas untuk melahirkan bahu depan.
(2)  Tekan kepala janin mantap ke bawah untuk melahirkan bahu belakang.

5)    Penatalaksanaan distosia bahu menurut Varney (2007)
a)    Bersikap relaks. Hal ini akan mengkondisikan penolong untuk berkonsentrasi dalam menangani situasi gawat darurat secara efektif.
b)    Memanggil dokter. Bila bidan masih terus menolong sampai bayi lahir sebelum dokter adatang, maka dokter akan menangani perdarahan yang mungkin terjadi atau untuk tindakan resusitasi.
c)    Siapkan peralatan tindakan resusitasi.
d)    Menyiapkan peralatan dan obat-obatan untuk penanganan perdarahan.
e)    Beritahu ibu prosedur yang akan dilakukan.
f)     Atur posisi Mc Robert.


Mc Robert

g)    Cek posisi bahu. Ibu diminta tidak mengejan. Putar bahu menjadi diameter oblik dari pelvis atau anteroposterior bila melintang. Kelima jari satu tangan diletakkan pada dada janin, sedangkan kelima jari tangan satunya pada punggung janin sebelah kiri. Perlu tindakan secara hati-hati karena tindakan ini dapat menyebabkan kerusakan pleksus syaraf brakhialis.
h)    Meminta pendamping persalinan untuk menekan daerah supra pubik untuk menekan kepala ke arah bawah dan luar. Hati-hati dalam melaksanakan tarikan ke bawah karena dapat menimbulkan kerusakan pleksus syaraf brakhialis. Cara menekan daerah supra pubik dengan cara kedua tangan saling menumpuk diletakkan di atas simpisis. Selanjutnya ditekan ke arah luar bawah perut.
i)      Bila persalinan belum menunjukkan kemajuan, kosongkan kandung kemih karena dapat menganggu turunnya bahu, melakukan episiotomy, melakukan pemeriksaan dalam untuk mencari kemungkinan adanya penyebab lain distosia bahu. Tangan diusahakan memeriksa kemungkinan :
(1)  Tali pusat pendek.
(2)  Bertambah besarnya janin pada daerah thorak dan abdomen oleh karena tumor.
(3)  Lingkaran bandl yang mengindikasikan akan terjadi ruptur uteri.
j)      Mencoba kembali melahirkan bahu. Bila distosia bahu ringan, janin akan dapat dilahirkan.

k)    Lakukan tindakan perasat seperti menggunakan alat untuk membuka botol (corkcrew) dengan cara seperti menggunakan prinsip skrup wood. Lakukan pemutaran dari bahu belakang menjadi bahu depan searah jarum jam, kemudian di putar kembali dengan posisi bahu belakang menjadi bahu depan berlawanan arah dengan jarum jam putar 180. Lakukan gerakan pemutaran paling sedikit 4 kali, kemudian melahirkan bahu dengan menekan kepada ke arah luar belakang disertai dengan penekanan daerah suprapubik.
l)      Bila belum berhasil, ulangi melakukan pemutaran bahu janin seperti langkah 11.
m)  Bila tetap belum berhasil, maka langkah selanjutnya mematahkan klavikula anterior kemudian melahirkan bahu anterior, bahu posterior, dan badan janin.
n)    Melakukan maneuver Zavenelli, yaitu suatu tindakan untuk memasukkan kepala kembali ke dalam jalan lahir dengan cara menekan dinding posterior vagina, selanjutnya kepala janin di tahan dan dimasukkan, kemudian dilakukan SC.


J. Komplikasi Distosia Bahu
Posisi Mc RobertPosisi Mc Robert1. Komplikasi Maternal
• Perdarahan pasca persalinan
• Fistula Rectovaginal
• Simfisiolisis atau diathesis, dengan atau tanpa “transient femoral neuropathy”
• Robekan perineum derajat III atau IV
• Rupture Uteri

2. Komplikasi Fetal
• Brachial plexus palsy
• Fraktura Clavicle
• Kematian janin
• Hipoksia janin , dengan atau tanpa kerusakan neurololgis permanen
• Fraktura humerus 


dikutip dari : 


http://pramijayanti.wordpress.com/2012/10/03/persalinan-dengan-distosia-bahu-2/
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/17/distosia-bahu/
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal. Editor : Abdul Bari Saifuddin, Gulardi Hanifa Wiknjosastro, Biran Affandi, Djoko Waspodo. Ed. I, Cet. 5, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2003.


http://pramijayanti.wordpress.com/2012/10/03/persalinan-dengan-distosia-bahu-2/
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/17/distosia-bahu/
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal. Editor : Abdul Bari Saifuddin, Gulardi Hanifa Wiknjosastro, Biran Affandi, Djoko Waspodo. Ed. I, Cet. 5, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2003.